When Love Said True

Senin, 31 Januari 2011

Hari ini memang nggak seperti hari –hari biasa pada umunya. Ada yang berbeda karena adamalapetaka yang tidak terduga terjadi, dan mungkin ini nggak akan bisa terlupakan karena hanya sekali seumur hidup. Dan mudah –mudahan hari ini bukan hari sial yang selalu nimbrung mengisi hari –hari ane yang kian kelam. Dan mudah –mudahan aja, malaikat maut nggak bosen nunggu giliran nyawa ini balik lagi ke tempat yang dah semestinya berlabuh.
Bukan, bukan! Hari ini bukan hari kiamat seperti yang diceritain di film 2012. Karena cerita ini mundur jauh banget ketika masih dengan pakain putih biru yang lengkap dengan dasi yang rapi, untungnya bukan dasi kupu –kupu, meski ada tampang cocok reseptionis tapi ane punya masa depan cerah, secerah tampang pedagang keliling lagi dapet order gede. Bersyukur banget bisa mengalami hari yang benar –benar berarti bagi hidup ane. Bisa dikatakan bukan hari baik, namun dari sekian hari –hari sial yang pernah ane alami, Cuma hari ini yang sampai nafas terus berhembus, ane jadikan rumus tentang bagaimana cinta itu.
Tepatnya, ketika pelajaran kedua di Sekolah Menengah Pertama, tempat anak –anak yang masih bau amis dan berubah jadi tambah bau ini tumbuh berkembang menimba ilmu dari sumur bapak ibu guru. Ane, dengan bangga menyibukkan diri untuk merauti pensil kesayangan di luar kelas setelah mendapat restu dari ibu guru. Merauti pensil rupanya punya kenikmatan yang sama dengan ngupil di lubang hidung sendiri. Belum pernah sih nyoba ngupil di hidung orang!
Eh, nggak taunya, kenikmatan yang serasa ngupil ini terusik begitu saja, bukan karena ada orang yang pingin di upilin hidungnya. Tapi, di saat itu ane nggak sendiri. Tanpa ane sadari, ada temen ane juga yang ikutan keluar kelas dengan ijin yang nggak jelas. Dan ternyata dia adalah seorang temen cewek yang selama ini ane jadi sasaran pelet dan santet dukun bayi! Bisa dipastikan kalau peletnya pake dukun bayi, alhasil korban tidak hanya jatuh cinta namun jatuh dari lantai tiga. Efek yang ampuh bisa buat dia sakit perut 9 bulan nggak sembuh –sembuh. Kalau mentalnya nggak kuat ujung –ujungnya… tidak bisa diungkapkan dengan kata –kata. Namun, untuk cewek satu ini, ane nggak mau pake pelet. Nggak manjur.
Panggil aja Rani, nama samaran yang sekaligus pasaran disetiap tokoh novel, film, id card sampe ke batu nisan. Yup, sekilas tentang Rani, dia tuh cewek tulen. Yaiyalah, masak ane naksir cewek jadi –jadian. Putih, mirip cina gitu, tertarik sama bahasa jepang dan antek –anteknya. Jangan mikir, kalau dia punya hubungan dengan penjajah jepang dulu. Pinter, tingginya hampir nyamain dikitlah sama ane. Dah lama banget ane naksir sama nih cewek. Dulu, ane pernah maen kerumahnya, 3 kali bertamu masih dengan nasib yang nggak beda dikit dan jauh dari yang namanya sial. Tapi ane tetep suka sampe sekarang, suka ngupilin??!!!
“Kaf, kenapa kamu suka sama aku?”
JEDGIERR!!!!, entah Guntur atau badai dari mana yang jelas langit nggak mendung hujan nggak turun, tapi pas denger kalimat itu termuntahkan dari bibirnya yang normal alias nggak kurang dari kesempurnaan. Coba kalau dia ada jahitan dibibir, pasti bunyinya beda dengan yang anda baca diatas! Bisa –bisa kayak gini, “Kaf,nyapa kanyu suka sanya anyuku?”
Bener, jelasnya pertanyaan itu berbunyi dan bermaksud seperti itu. Dia nanyak kenapa ane suka sama dia. Ane nggak bilang kalau dia tuh ke GeEran! Tapi kenyataan yang ada emang ane suka sama dia, dan dia pun tahu kalau ane punya perasaan seperti itu. Entah dari tingkah laku ane yang suka ngutil, curi –curi pandang, cari perhatian. Dan berusaha untuk nyuri isi hatinya, cie..
Jujur, masa SMP, ane masih merasa masih anak TK yang di paksa belajar motor, alias telat puber! Mampus dah ane, masih mending nggak telat datang bulan. Ane kaget bener, dan nggak habis pikir, apa pertanyaan Rani ini bisa diposting ke FB, atau bisa keluar waktu ujian Negara? Ane berusaha untuk tetep cool, nggak sampai menggigil lah.
“Kenapa ya?” jawab ane, radak bego dikit. “Kamu, cantik, terus baek, terus..” ane terdiam. Pengennya sih nyebutin semua hal –hal aneh yang pernah ia lakuin dan nggak wajar dengan gender dia sebagai seorang cewek. Rani termasuk jenis cewek tomboy, suka berantem, mabok –mabokan, malakin adek kelas, terus ngomong kotor!!! OIII.. yang bener aja?? Tepatnya dia cewek yang tegas dan berprinsip, dan ada satu hal lagi kejadian ane sama dia yang menambah rasa cinta ane sama dia.
Waktu itu, kita pernah berantem. Nggak sampe keluar jurus seperti ninja Naruto, Dragon Ball, One piece, atau Sinchan. Yang dengan terpaksa ane ngalah. Ceritanya, waktu pelajaran computer, giliran anak cewek udah habis dan berlanjut dengan giiran anak cowok, yang termasuk ane didalamnya. Nah, saat semua orang sudah mendapat jatahnya masing –masing, maksudnya computer, tinggal ane sendiri yang belum dapet. Bukanya karena keterbatasan jumlah computer di sekolah ane, dan bukan juga alasan kalau ane punya tampang virus yang sekali pegang computer langsung rusak. Sebenarnya, masih ada satu jatah computer buat ane, Cuma masalahnya, computer itu nggak kosong alias ada penghuninya. Seperti film horror “Hantu bangku kosong” tapi ini “Hantu maniak computer” computer yang buat ane masih di pake sama anak cewek yang seharusnya udah selesai gilirannya tapi nggak mau keluar juga, nggak tau dia lagi bikin software ampuh buat njebol computer CIA atau apalah. dan itulah jatah ane. Otomatis harus nunggu. Tapi ane nggak mau ngalah gitu aja sama itu cewek. Eh, ternyata itu cewek si Rani.
“Ran, udahan maennya. Sekarang itu giliran anak cowok” pinta ane sedikit maksa
Eh, ane di bales pake lirikan mata tajam. Mirip samurai X waktu konsentrasi nebas nyamuk di kamar mandi. Ngeliat tatapan matanya yang asyik banget, rasanya seperti ditebas dengan pedang cinta, ceilee.. Hup! Hampir aja ane, mati terkapar dan nggak bisa nikamtin pelajaran computer yang jadi favorit ane. Tetep, ane bersikukuh untuk ikut pelajaran computer meski harus melewati si empu computer yang ane taksir ini.
“Cari computer lain aja!” ucap Rani tegas, sekaligus ada maksud ngusir ane. Yang bener aja? Ane disuruh nyari computer laen. Apa dia nggak mikir? Kalau ada computer lain, dari tadi nggak mungking ane berdiri tegak jadi satpam ngawasin dia. Ada sih computer kosong, kalau nggak yang rusak, paling computer server. Nyebelin juga si Rani rupanya. Hem.. belum tau kalau kucing marah?
Rupanya, perdebatan kami telah diamati oleh temen –temen cowok yang laen. Spontan mereka rame, ricuh saling saut menyaut untuk memprovokasi kami agar nggak bertengkar.
“Suami Istri jangan berantem, oi!!” Buset, suara sapa tuh? “Udah suaminya ngalah aja!” keadaan makin nggak bener. Nggak kebanyang kalau andaikata kita menjalin hubungan rumah tangga, bisa –bisa problem utama adalah masalah rebutan computer, dan gawatnya sampai terdengar oleh warga satu kampung.
Ane samakin nggak tenang dengan kondisi cuaca yang mendung dan berbadai ini. Apa lagi si Rani, yang posisi dia ketika itu cewek sendiri diantara para cowok. Meski dia sendiri setengah cowok tapi dia juga punya rasa malu, ditambah kondisi anak –anak yang semakin asik nggosipin kita. Terlihat kalau Rani kesel banget ketika itu. Melihat wajahnya yang berubah drastis, mirip Hulk kalau lagi marah gitu. Tapi untung dia nggak punya bakat jadi Hulk, jadi nggak terjadi apa –apa. Yang ada, Rani pun pergi begitu aja dengan tampang murung dan sebel. Oh my God..
“Kejar, kaf!” teriak salah seorang teman, yang otaknya dah penuh dengan imajinasi film india yang ada adegan joroknya! Rupanya teriakannya, menambah suasana semakin gaduh aja, dan nyaris tak terkendali, kalau bukan karena Pak guru pengajar computer yang bijak. Akhirnya ane pun berhasil menikmati pelajaran computer yang terpotong waktu 15 menit gara –gara perseteruan itu. Haffiu..h
Kita balik lagi. Setelah menyebutkan 3 kalimat sifat yang pas buat Rani, ane terdiam.
“Terus, apa lagi?” Rani maksa.
NGEK!!! Serasa di cekik dengan kedua tangannya yang putih indah, agak sedikit pucet, mirip vampire cina gituh. Ane Cuma bisa terus diam, sambil mikir kata apa lagi yang bisa menjadi alasan ane menyukainya. Sampai saat ini pun, kalau ane ditanya untuk kedua kali soal ini, ane masih sulit mengunkapkannya. Namun, ane akan berusaha sekuat mungking mengungkapkan fakta yang ada, kalau dia itu cocok jadi pesumo!
“Ya, Cuma itu” jawabku ringan, sambil menegakkan kedua alis, menyakinkan Rani kalau ane kehabisan kata –kata.
Sepertinya Rani bisa menerima isyarat dan membaca bahasa tubuhku, menggeliat seperti kucing kepanasan atau lebih mirip kegatelan minta digaruk! Hening. Tidak ada satupun yang berbicara selain kicauan burung yang dari tadi mengamati kami.
“Cuma itu?, kalau gitu, setelah sholat ashar nanti aku tunggu ya!” Rani pun berbalik dan meninggalkanku sendiri dalam kebingungan. Ketidakpastian akan maksud yang ia sembunyikan di balik parasnya yang cantik dan juga kejam! “Selepas ashar” kalimat itu terngiang begitu jelas dalam benak ku. Oh iya, ane belum cerita kalau dari SD sampe SMP, ane sekolah di bawah naungan lembaga islam yang punya disiplin sekolah berbeda dengan negeri, yaitu fullday school. Dari mulai pagi hari dengan jam masuk seperti pada sekolah pada umumnya, namun berakhir di sore hari yang tidak ada pada sekolah umumnya, bisa juga disebut dengan swasta.
selepas sholat ashar dimasjid, seluruh siswa diperbolehkan untuk pulang ke alamnya masing -masing, kayak sekolah lintas alam aja! dan ane p[un emang berniat untyuk pulang langsung kerumah. padahal, ane ada jadwal buat nemuin Rani di suatu tempat yang tidak tertera dalam undangan. biasanya, sore hari ane nggak langsung pulang dan nggak juga langsung ke padang rumput untuk menggiring domba dan sapi punya abi! emang anak gembala. lebih kerennya lagi, ane nongkrong ma temen -temen gitu, kalau nggak ya maen basket atau sepak bola walau hanya sebatas mimpi untuk meraih prestasi dalam olahraga ini. tapi, setelah mampir lapangan, nggak ada satu pun ranting hidung, (istilah baru) yang ane jumpai. lapangan sepi.
langkah kaki ane berat rasanya, bukan karena habis nginjek tai sapi yang gedenya mirip kue tart ulang tahun. tapi, ada yang mengganjal dalam hati. ane nggak lupa dengan ucapan Rani tadi pagi. dan bahkan sampe tulisan ini dimuat ane masih inget gimana Rani melafalkan setiap kata dalam kalimat tersebut yang lebih mirip dukun komat kamit.
"Kaf, dari mana aja sih?, itu lho udah ditungguin ma Rani di kelas 1B." sapa aldi, salah satu teman ane yang masuk dalam daftar buku deathnote yang palsu. soalnya, kalau asli, seharusnya dia udah mati keselek upil sendiri seperti yang ane tulis. Mirip kerbau sirkus, ane diseret sama aldi ke kelas 1B, yang mudah –mudahan itu bukan arena sirkus tempat ane dipekerjakan! Begitu ane masuk bareng aldi di belakang, dari jauh ane bisa ngelihat sosok Rani samasatu orang cewek lagi yang ane juga nggak asing. Dan firasat ane langsung main kalau ini pertanda bahwa mata ane nggak rabun. Tapi bukan permasalahan rabun apa nggaknya mata ane, justru hati ane yang rabun.
Ane sendiri nggak ngerti scenario apa yang dimainkan untuk sirkus kali ini? Eits, kok ngomongin sirkus lagi. Bener deh, ane nggak ngerti harus ngapain? Dan kalau mau ngapa –nagapain harus sama siapa ane ngapainnya? Lho!!
“Ya udah sekarang kamu ngomong ke Rani!” komando aldi yang tanpa ada basa basi terlebih dahulu, entah ane siap apa nggak? Aldi langsung minggir di pojokan kelas sama satu orang cewek yang dari tadi nemenin Rani sebelum kita masuk. Sementara Rani udah ngambil posisi duduk disebuah bangku deretan paling depan deket pintu.
“Ngapain nih?” lagi –lagi ane sok begok! Tapi yang ini ane begok beneran. Nggak di buat –buat.
“Ya udah tinggal ngomong aja?” bales widya, pacar aldi yang juga temen sekelas ane.
“Ngomong apa?” ane sedikit emosi sama dua bocah yang mirip sepasang iblis sedang menjebloskan manusia dalam jurang kenistaan.
“TEMBAK si Rani!” aldi nggak kalah ngotot, seperti dia juga mulai kesel dengan kecupuan manusia yang berusaha ia cemplungin ke neraka.
OH MY GOD!! Nembak??? Nggak nyangka kalau kedua temen ane nyuruh ane harus nembak Rani!! Padahal ane nggak bawa shotgun, AK 47, dan sejenis senjata laras panjang atau pendek untuk menghabisi nyawa orang yang ane kagumi ini. OIIII… BEGOK!! Ya, nggak mungkinlah kaf, masak temen ente mau ente masuk Koran criminal lebih –lebih masuk acara berita flora fauna, “Seekor Orang utan berhasil diamankan pihak berwajib setelah menembak majikannya sendiri akibat diupilin hidugnya” (Red). Ane ngerti maksud mereka apa. Kayak di realityshow “katakan cinta” itu lho. Ane disuruh dengan paksa mengungkapkan isi hati ane ke Rani, biar entar kita bisa jalan alias pacaran.
ARGH!!! Ane kesel banget, kenapa harus berakhir seperti ini kisah si unyil mencari cintanya. Padahal ane masih ingin mengaguminya dari jauh, memujanya dengan cara ane sendiri. Curang!!! Apa ane nggak boleh suka sama cewek?? Apa kalau ane suka sama cowok bakal bisa happy ending??
Ane tertunduk lesu. Sekarang yang ada di depan Ane si Rani yang dari tadi juga terus diam. Jangan –jangan di punya amandel sebesar bola pimpong? Sementara dua iblis it uterus mengamatin ane sama Rani yang dari tadi Cuma bisa diam dan tidak saling berpandangan. Capek dengan berdiri, ane putusin untuk ikutan duduk di kursi yang berada di depan Rani, jadi kini kami saling berhadap –hadapan dengan posisi duduk. Ane nggak berusaha untuk mendekatkan jarak kami yang hanya dipisahkan dengan 4 buah keramik secara horizontal. Ane narik nafas dalam –dalam. Pikiran yang semrawut hanya akan memperburuk suasana.
Ada benarnya juga. Ane nggak bisa terus –terusan memendam rasa cinta ini sama Rani. Meski sebetulnya ane nggak ada niatan untuk bisa pacaran sama dia sekalipun. Soalnya, apa yang ane rasain ini Cuma sebatas kagum. Dan ane juga nggak ngerti gimana orang pacaran itu, apa mereka selalu melalui hari dengan hal yang indah –indah, ketawa bareng nangis bareng, sekalian aja ke neraka bareng!! Yang ane yakini kalau pacaran itu nggak dibenarkan dalam agama islam. Atau yang lebih kita kenal dengan maksiat.
Haffiu.h
Ane membuang nafas panjang. Ane menatap Rani. Dia masih cantik seperti kemarin. Nggak ada bisul besar yang menonjol di hidungnya, ataupun bulu idung yang keluar –keluar karena udah kepanjangan. You are so beautiful..
“Ran, eng… ane…” berat banget rasanya tenggorokan ane. Apa ini tanda –tanda jatuh cinta? Kenapa nggak segampang kalau ane mau bilang sama dia “Ran, ane kebelet pipis”, atau “Ran, di hidung kamu ada upilnya”, kenapa? Kenapa susah untuk bilang kalau ane suka sama dia, dan pengen bisa jalan sama dia! Kenapa? Dan kayaknya penyakit ini nggak akan bisa disembuhkan.
BRAKK!! Jangan dikira ane mukul meja pake kepala ane sendiri!! Atau ane nonjok Rani karena kesal kalau emang ada upil di hidungnya pake kursi! Sadis!!! Tapi, lebih tepatnya suara itu cocok dengan posisi ane sekarang yang setengah berlutut dengan badan yang tegap menatap Rani. Dengan posisi ini ane bisa ngambil gambar wajah Rani secara CLOSE UP, atau dari bawah jadi keliatan lubang idung Rani yang cukup besar sehingga lalat, dan sejenis ngengat yang seumuran bisa kesedot. Tapi kalau dari sisi romantis, posisi ane ini mirip film –film cinta, saat dimana cowok nya mau ngasih bunga…. Bangkai!!
“Langsung aja..” Keren!! Ane nggak suka basa basi soalnya dari semua kata cinta yang ane punya udah pada basi semua. “Kalau kamu mau jadi Pa***, TIT!!! (sebagian teks hilang) mirip sms yang udah lebih 2000 karakter! “Kalau kamu mau, bilang Alhamdulillah. Tapi kalau kamu nolak, kamu bole pergi dari tempat ini” cepat, tepat dan lugas. Ane nyampein ke Rani semua kalimat itu tanpa pikir panjang. Dan ane sendiri nggak berani menatap wajahnya. Akal sehat ane lewat jauh sama emosi dan nafsu. Kurang pengalaman dan gak perlu pengalaman dalam hal seperti ini.
“Jangan keluar ya?” ucap Rani, mengomentari pilihan yang aku berikan sama dia. Ane menatap Rani. Paras wajanya dan kedua bola matanya, eits rupanya Rani nggak punya tai lalat di pipinya. Lho maksudnya? Sepertinya Ane bisa menebak apa yang akan terjadi setelah ini. Dalam firasat ane, Rani ntar loncat dan langsung menikam ane yang sedang lengah!
“Kalau aku mau, bilang Alhamdulillah, tapi kalau aku nggak mau, bilang astaghfirullah” ucap Rani memberiku sedikit pencerahan.
Ane Cuma mengangguk pasrah. Karena semua ini sudah ditentukan. Ibarat naskah scenario yang siap tayang sementara artis Cuma bisa nurut sama alur cerita. Dan menurut ane ini adalah sebuah scenario yang salah.
Terdengar Rani menghembuskan nafas panjang. Padahal ane nggak kentut atau ada upil yang terjatuh berasal dari jaman purba kala dengan bau super dahsyat dari hidung Rani. Hembusan nafas itu menggetarkan hatiku yang sedang layu. Rani masih diam, entah dia amnesia sampe lupa kalau tadi dia harus ngomong apa, atau Rani malu bilang ke ane kalau sebenarnya di mau ngupil sebentar aja! Diamnya Rani bukan berarti emas bagiku, karena justru akan menjadi manivestasi terbesar bagi orang bisu. Gimana nggak kaya, dalam kebisuanya terdapat emas terpendam. Dan itu yang akan dilakukan Rani dalam jangka panjang. Apa an sih??
“Astaghfirullah” kalimat itu terucap dari bibir Rani dengan suara pelan namun terdengar begitu jelas di kedua telinga ku. Jelas banget, bahkan sangking jelasnya ane sampe tau arti kalimat itu apa. Baguslah, manusia memang tak luput dari salah, bahkan dalam hembusan nafas pun ada saja noda yang ditoreh. Apa lagi Rani, semoga permohonan ampun kepada tuhan membuat seluruh upilnya, eh salah. Membuat seluruh dosanya terampuni.
Dan secara tidak langsung kalimat itu telah mengakhiri semua cerita ini. “Astaghfirullah” sebuah kalimat arab yang telah menjadi mantra sakti yang selalu kita ucapkan tatkala renungan akan betapa tubuh ini begitu kotor. Betapa banyak noda hitam telah menutupi cerahnya hati sebagai penuntun kita. Bahkan dalam syair dikatakan, dosa kita ibarat hamparan pasir dilautan. Dengan pasir itu kita bisa membuat rumah –rumahan, dan beberapa bangunan sesuai yang kita inginkan. Nggak nyambung!! Siapa bilang? Kiasan ini berarti, dosa yang kita miliki di akherat nanti akan di tukar dengan sebuah rumah tempat tinggal kita di neraka lengkap dengan siksaannya. Banyaknya dosa bukan berarti kita bangga, namun harus bersedih dan segera bertobat.
Refleks, seperti tumbuhan yang terkena rangsangan dari luar. Ane menengadahkan kepala yang semula tertenduk. Kaget!! Ane nggak nyangka kalau ternyata Rani nggak mau mencoba untuk jalan bareng sama ane, dan mungkin dia belum tahu betapa sesungguhnya akan banyak kenangan indah yang bisa kita ukir bersama, susah maupun senang. Dan termasuk kita berbagi upil!!
“Maaf ya Kaf!!” ucap Rani seolah ia sedang meraba isi hatiku saat ini yang hancur berkepiping. Sebelum Rani beranjak dari tempatnya, ia memberikan ane sepucuk surat yang dilipat ala origami. Ane menerimanya dengan sepenuh hati, entah mungkin surat itu tagihan upil yang ia minta atau, hal –hal yang nggak penting lainnya selama ane mengaggumi dia dari jauh sampai detik ini. Surat itu ane simpan di saku baju. Kemudian Rani dan para iblis Jahanam itu berlalu. Dengan langkah yang goyah, ane pun beranjak dan meninggalkan ruangan pengadilan dengan dakwaan cinta yang bertepuk sebelah tangan, langsung divonis dengan hukuman penjara sampai rasa sakit itu hilang.
Ane buka surat yang beberapa menit aku biarkan ia berdiam diri disana. Perlahan lipatan itu ane buka satu persatu. Dan diatas lembaran putih itu, bersih nggak ada upil atau kotoran yang bisa jadi alibi ane bahwa ternyata Rani cewek ingusan, dan menuntut balik gugatan sebelumnya. Rupanya sebuah puisi, yang kalau nggak salah ane inget puisi itu bercerita tentang hati ane yang hancur dan perih ketusuk duren! Ooohh….
Cling!! Sebuah sinar berwarna kuning muncul saat tatapan mataku sidikit menyipit, mirip di komik –komik saat tokoh sedang mendapat ilham! Dari kejadian ini ane mengambil kesimpulan bahwa sangat mudah untuk membasmi sebuah benalu kehidupan. Rani dan 2 orang teman ane itu, sepertinya sudah merencanakan semua ini. Ooo.. lebih tepat lagi ini adalah suatu pembunuhan berencana, dengan dalih ane yang terjebak dalam jurang kenistaan. Rani sebenarnya telah lama menaruh perhatian sama salah Yusuf, temen cowok yang masih 1 kelas, dan dia memiliki aura ketampanan yang bisa memikat lawan jenis, kucing betina, ayam betina, cacing betina, dan segala hal yang berlawan jenis dengan cowok satu ini, termasuk Rani. Hal ini ane tahu dari mata –mata ane. Nah untuk menyempurnakan rasa cintanya, maka terlebih dahulu ia harus membumi hanguskan semua tumbuhan cinta yang diam –diam merambat dengan aduhainya. Yaitu ane!
Maka Rani dan rivalnya yang telah disewa, merencanakan semua ini. Untuk memusnahkan ane dari kehidupan Rani. Secara tidak langsung mereka telah berhasil meluluh lantahkan ane dan perasaan ane sama Rani yang dulu tumbuh begitu subur, setiap saat ane siram dengan senyum dan tawanya. Ane pupuk dengan tingkah anehnya yang diatas batas kewajaran orang utan. Namun, Rani juga harus tau bahwa ia belum berhasil meruntuhkan seluruhnya. Rencana Rani gagal, ia tidak tahu bahwa cara itu telah menimbulkan bekas di hati ane. Bekas rasa kagum yang tidak akan pernah hilang dan akan selalu ane ingat, bahwa ane dulu punya obsesi untuk bisa jalan sama Rani dan bisa mengaguminya dari dekat, cause you are mine. Miau..

Minggu, 30 Januari 2011

Now Playing : Timberland and One Republic - Apologize

MAsuk Pondok!!!

Rabu, 10 November 2010

BUKan pilihan yang tepat!! kayak pencoblosan aja!! apa lagi bagi yang udah tergiur dengan nikmanya dunia. menganggap semua ini nyata, padahal hanay sementara.
udah ah gak perlu nyellemor lagi..
Duu, waktu Ane denger istilah pondok, 1 minggu full gak bisa tidur!! Boong, lebay lu. gak juga sih, habisnya mesti image yang muncul tentang pondok adalah hal2 yang gak enak dan sengsara!! dosa lu ama yang punya pondok!!. ya nikan cuma sekedar komntar aja, dulu kayak gini tapi setellah luus, sama aja!! maksudnya sama ada gak enaknya. tapi ane belajar banyak dari kehidupan pondok.
awal mula cerita masuk pondok, adalah gara2 kakak ane yang nomer pertama. seteelah tamat SDm dia nerusin ke Pondok. maka semenjak itu kutukan pun berlaku. ane mencium bau2 masuk pondok setamat Ane SMP. tapi, Ane mencoba untuk melawan kutukan itu dengan berusaha sekuat mungkin bahwa itu tidak akan terjadi (kayak cerita fantasi aja nie)
Al hasil setelah ujian NAsional, Ane masih diberi kesempatan untuk mendaftar ke SMA favorit, cie.. Favorit, biar ikut jadi favorit. untuk dihina?
dengan modal nilai yang gede. Ane daftar ke sejumlah SMA ternama. Tapi...
Bencana itu datang